Meninggalnya Dylan Sahara, istri Ifan Seventeen dalam bencana tsunami Banten, Sabtu (22/12/2018) silam turut meninggalkan kesedihan mendalam bagi Juliana Moechtar, istri Herman Seventeen.
Pasalnya, beberapa bulan silam sebelum kematiannya, Juliana Moechtar seolah merasakan firasat aneh tatkala bersama Dylan Sahara.
Firasat aneh ini dirasakan Juliana Moechtar ketika sedang karaokean bersama Dylan Sahara dan seorang temannya yang lain di sebuah kafe di Semarang.
Dalam sebuah video yang diunggah Juliana di akun Instagram pribadinya @julianamoechtar, istri Herman Sikumbang ini mengunggah momen di mana dirinya, Dylan, dan seorang teman wanita lain menyanyikan lagu BCL 'Aku Tak Mau Sendiri'.
"Ya Allah, ini video 2 bulan lalu di Semarang bersama @dylan_sahara," tulis Juliana Moechtar menyertai unggahan tersebut, Selasa (25/12/2018).
Juliana lantas mengisahkan firasat aneh yang dialaminya.
Kala itu, ia sebenarnya hanya bernyanyi dengan Herman.
Namun, kemudian, secara spontan Juliana memanggil-manggil nama Dylan.
"Sya spontan selalu memanggil dylan, dylan, dylan berkali-kali buat nyanyi," jelasnya.
Dia pun tampak belum percaya akan kepergian Dylan dan memanjatkan doa untuknya.
"Ya Allah... insyaAllah husnul Khotimah ya Allah. Amiin," imbuh Juliana sambil meminta Ifan Seventen untuk tetap kuat.
"Kak @ifanseventeen yang sabar ya kak," pungkasnya.
Dalam musibah bencana tsunami Banten ini sendiri, Juliana Moechtar juga kehilangan sang suami, Herman Sikumbang yang merupakan gitaris band Seventeen.
Ifan menjadi satu-satunya personel Seventeen yang selamat dalam musibah ini.
Bani Seventeen (bassist), Herman Seventeen (gitaris), dan Andi Seventeen (drummer) dipastikan tewas dan turut menjadi korban dalam tsunami Banten.
Oki Wijaya selaku manajer band Seventeen yang juga ditemukan tewas.
Gelombang tinggi menerjang pesisir Serang dan menyapu kawasan Pantai Tanjung Lesung Banten, Sabtu (22/12/2018) malam.
Sebelumnya gelombang tinggi menerjang pesisir Serang dan menyebabkan sejumlah kerusakan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang itu merupakan tsunami.
BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.
Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.