5 Gunung Terangker di Jawa Barat dengan Kisah Mistis dari Para Pendaki


Mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan yang digemari traveler, khususnya bagi pecinta wisata petualangan. Panorama alam dan indahnya pemandangan, terlebih saat kita berhasil mencapai puncaknya menjadi salah satu alasan untuk mendaki gunung.

Namun, mendaki gunung bukanlah perkara yang mudah, karena kita harus memiliki kondisi fisik yang prima serta mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Belum lagi ada beberapa gunung yang terkenal angker sehingga kita tidak boleh melakukan hal sembarangan saat mendaki gunung tersebut.

Berbicara kisah mistis di gunung, ternyata ada beberapa gunung di Jawa Barat yang terkenal angker, lho. Pasalnya, beberapa pendaki pernah mengalami hal di luar akal sehat yang tentu membuat siapa saja bergidik.

Berikut lima gunung di Jawa Barat yang terkenal angker berdasarkan kisah para pendaki yang berhasil kumparanTRAVEL rangkum.


1. Gunung Burangrang

Gunung Burangrang merupakan salah satu gunung berapi tak aktif yang terletak di derah Cisarua, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Gunung yang memiliki ketinggian 2.050 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini merupakan salah satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di zaman prasejarah.

Selain dikenal sebagai gunung purba, Gunung Burangrang ternyata memiliki kisah mistis. Seperti yang dialami oleh salah satu pendaki bernama Habib Allbi Ferdian, salah satu karyawan swasta di Jakarta Selatan.

Pada kumparanTRAVEL ia bercerita bagaimana kejadian aneh yang ia alami saat mendaki gunung tersebut. Saat itu sekitar bulan Juli 2017, ia mendaki Gunung Burangrang bersama tiga orang temannya dan di tengah perjalanan ia mendengar suara yang memanggil dari kejauhan.

"Di tengah perjalanan, beberapa kali saya mendengar suara yang memanggil dari kejauhan, suara tersebut memiliki jeda cukup lama, antara lima sampai sepuluh menit. Tapi, saya mencoba berpikir positif karena memang melihat teman saya yang ada di depan tampak tenang-tenang saja. Sekali, sampai dua kali, tidak dihiraukan. Ketiga kali suara itu memanggil, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti," ujar Allbi.

Di tengah keheningan malam, Allbi dan teman-temannya yang bernama Rizal tiba-tiba berkata, “Dengar enggak?” Ia pun hanya menganggukkan kepala, sedangkan Morrys dan Agung langsung menyahutnya, “Ya, dengar”.

Tak hanya suara-suara aneh yang dialaminya, ketika ia baru melakukan perjalanan sekitar lima menit, ia kembali menghentikan perjalanan. Dalam keadaan lelah, dengan kepala tertunduk lesu, tiba-tiba salah satu temannya yaitu Morrys memegang pundaknya dan berkata “Lihat ke atas,” seketika ia pun melihat ke atas pohon, dan bayangan putih terlihat terbang dari satu pohon ke pohon lain.

"Sosoknya menyerupai wanita, memakai kain putih, berambut panjang, kondisi muka tidak terlihat, dan sedikit remang karena saat itu benar-benar gelap. Saya hanya memberi isyarat kepada Rizal dan Agung. Tampaknya mereka berdua juga melihatnya, tanpa basa-basi kita berempat langsung tancap gas," jelas Allbi.

Tak hanya melihat penampakan seorang wanita yang berpakaian serba putih, ia juga mendengar suara-suara aneh di perjalanan. "Suara itu seperti raungan dari makhluk buas, entah itu harimau, macam tutul, babi hutan, atau makhluk tak kasat mata, yang pasti, suara itu terdengar cukup jelas. Namun, mendengar suara monyet bersautan, kami tahu bahwa hal tersebut mengisyarakatkan adanya tanda bahaya," tambah Allbi.

Meski mengalami hal-hal aneh selama perjalanan. Allbi dan temannya akhirnya berhasil mencapai puncak Gunung Burangrang dengan selamat dan perjalanan yang harusnya di tempuh 5 jam, akhirnya kami tempuh dalam waktu 4 jam saja.

Ketika ditanya apakah ia kapok untuk naik gunung, Albi menjawab tidak akan pernah kapok dan tetap ingin naik gunung. "Bagi saya, naik gunung bukan sekadar hobi, melainkan kebutuhan, di mana seseorang bisa menilisik lebih dalam apa arti dari sebuah kehidupan," jawabnya penuh semangat.

Ia juga bercerita bahwa ada mitos yang beredar di gunung tersebut yaitu pendaki tidak boleh berteriak sembarangan dan mengucapkan kata-kata yang memancing pada kesesatan.

"Cuma satu sih, jangan teriak sembarangan, apalagi menjelang malam. Terus jangan bilang kata "'Tersesat', 'nyasar', atau kata-kata yang memancing pada kesesatan," tandasya.


2. Gunung Cakrabuana


Gunung yang terkenal angker berikutnya adalah Gunung Cakrabuana. Masih berada di daerah Jawa Barat, Gunung Cakrabuana atau yang disebut oleh warga lokal dengan "Gunung Sanghyang Gelung" ini juga memiliki kisah mistis yang dialami oleh salah satu pendaki.

Gunung Cakrabuana sendiri memiliki dua gunung yang berbeda. Hal ini dialami oleh seorang travel blogger yang bernama Sulung Siti Hanum, kejadian aneh tersebut dialami bersama temannya saat mendaki ke gunung tersebut.

"Kejadiannya habis magrib. saya sudah di dalam tenda, teman saya melihat ada bayangan orang tua bungkuk jalan ke arah salah satu tenda teman perempuannya. Teman saya awalnya tidak cerita, tapi paginya di sudut tenda bolong kena bekas cakaran hewan buas. Seperti cakaran seekor harimau," cerita Hanum.

Saat dicek memang ada jejak kaki harimau di balik tenda teman perempuannya. Karena masih mengira ada hewan buas dekat itu, kami akhirnya buru-buru turun gunung pagi itu juga.

Menurut salah satu kuncen (penjaga gunung) di sana ia dan temannya mendirikan tenda di tempat yang salah. "Itu semacam peringatan karena memang di gunung itu ada harimau jadi-jadian. Bayangan orang bungkuk itu adalah wujud manusianya," ujarnya.

Kisah mistis lainnya dialami oleh Hanum saat mendaki gunung yang ada di sebelah Gunung Cakrabuana. Hal aneh tersebut ia alami saat sedang berkemah di puncak gunung tersebut.

"Dini hari, kami baru akan tidur setelah ngobrol-ngobrol. Saat itu juga saya melihat rokok bako yang ditancapkan teman tadi menyala. Ada cahaya dari ujung bako itu padahal kabut tebal sekali dan tiba-tiba kabut dan asap dari rokok tersebut membentuk kepala ular besar yang makin besar, lebih tinggi dari tenda kami. Ada cahaya api dari bawahnya. Kepalanya mirip kepala ular sanca. Kami nggak berani keluar tenda dan langsung mengunci tenda dan memaksakan tidur walaupun badan menggigil takut," ujarnya.

Usut diusut ternyata keesokan harinya banyak warga yang telah berkumpul di rumah pak kuncen malam kemarin karena kabut tebal yang turun dari desa seperti tidak biasa. Menurut istri dari kuncen, ada ular sanca besar yang pernah terlihat turun ke kampung. Jadi bayangan asap yang dilihat oleh Hanum dan rekan-rekannya kemungkinan adalah penunggu gunung tersebut yang sedang memperlihatkan diri.

"Seharusnya kami memang tidak menginap di atas sana. Untung saja rokok itu yang jadi penangkalnya kata pak kuncen, kalau enggak, mungkin kami yang jadi korban malam itu," tandas Hanum.


3. Gunung Ciremai


Selain Gunung Cakrabuana, Gunung Ciremai juga dikenal dengan kisah angkernya. Gunung berapi kerucut yang terletak di antara Kabupaten Kuningan dan Majalengka di Jawa Barat kerap menjadi tujuan para pendaki yang ingin mendaki.

Tak hanya keindahannya, gunung ini juga memiliki kisah angker yang pernah dialami oleh salah satu pendaki. Menurut Fahmi Kurniawan, salah satu karyawan swasta di Jakarta yang pernah mengalami hal aneh ketika mendaki Gunung Ciremai.

Fahmi bersama beberapa rekannya melakukan pendakian ke Gunung Ciremai sekitar bulan Juni 2018 kemarin. "Saya naik Gunung Ciremai sekitar H+1 lebaran bersama salah satu teman saya yang bernama Gerald," ujarnya.

Ketika mendaki gunung tersebut hal aneh yang dialami oleh Fahmi adalah seperti diikuti saat naik dari pos 3 ke pos 4 di Gunung Ciremai.

"Waktu itu pas naik dari pos 3 ke pos 4. Saya seperti ada yang mengikuti. Tapi saya biasa aja, dan untungnya tidak ada hal yang aneh sampai saya pulang," ujarnya.


4. Gunung Bukit Tunggul


Gunung Bukit Tunggul, gunung yang merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda Purba di Zaman Prasejarah, yang terletak di Jawa Barat juga memiliki kisah angker, seperti penuturan kisah yang dialami oleh salah satu pendaki, yaitu Allbi yang mendaki Gunung Bukit Tunggul pada Juli tahun 2016.

"Di gunung itu, saya pernah mengalami pengalaman yang cukup mencekam. Tersesat di hutan, bersama enam orang mencari jalan keluar selama 36 jam, di tengah pohon yang dipenuhi lumut, daun-daun berduri, dan hewan-hewan asli pedalaman," ujarnya.

Keanehan itu ia rasakan usai berjalan kurang lebih 3 jam dari pos pertama. Saat itu ia bersama temannya melewati jalan setapak yang menanjak, mencecar batang-batang kayu dengan sebilah golok, kemudian memasuki area hutan gelap dengan pepohonan yang cukup rapat.

"Awalnya kami berpikir, agar menuju puncak lebih cepat, maka tak ada salahnya untuk membuka jalan. Itulah awal kesalahan kami. Bertindak sembrono tanpa tahu apa risikonya. Kami sadar bahwa kami tersesat usai melewati 3 kali pohon tumbang besar yang melintang di tengah jalan. Agung (temannya) yang pertama menegaskan kalau kita sedang tersesat," tambahnya.

Setelah, membuat tenda malam harinya. Pagi hari, Allbi dan temannya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

"Di tengah jalan, saya temukan sebuah selang air milik warga, kemudian saya memutuskan untuk bertahan di situ sambil berharap ada warga yang datang. Sayang, setelah 2 jam menunggu, tak kunjung ada orang. Kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan," cerita Allbi.

Lalu ia melihat sebuah gubuk dan di gubuk tersebut ada burung yang disimpan di sebuah sangkar, burung itu terlihat kurus, dan basah. Anehnya, di tengah hutan seperti itu, mana ada orang yang memelihara burung?

Di tengah pikiran yang mulai aneh-aneh dan kalang kabut, antara tak bisa kembali ke rumah dan selamanya di hutan. Persediaan makanan sudah menipis. Akhirnya ia berhasil diselamatkan oleh warga.

"Di tengah keputusasaan, ada suara musik dangdut yang keluar dari sebelah timur. Kami ikuti suara itu, dan Akhirnya, kami bertemu dengan seorang warga yang kebetulan sedang mencari obat-obatan. Ya, kami diselamatkan oleh warga itu," kenangnya.

Ia juga bercerita mengenai mitos yang ada di Gunung Bukit Unggul. Konon, di atas sana, terdapat sebuah kolam yang berisi ikan, ikan-ikan itu akan hilang saat kolam surut, kemudian kembali saat kolam terisi air.

"Ada juga yang mengatakan, kalau mendaki Gunung Bukit Tunggul, jangan hari Selasa atau Kamis, entah apa alasannya, tapi memang sudah menjadi aturan, kata warga setempat "kalau ingin selamat, ya mesti dituruti," tandas Allbi.


5. Gunung Gede Pangra

Kisah aneh lainnya juga dialami oleh salah satu pendaki yang bernama Amadea Laras. Hal tersebut ia alami sekitar tahun 2013 bersama rekan-rekannya di klub pecinta alam di sekolahnya yaitu Ospala.

Saat mendaki, ia dan teman-temannya mengalami hal mistis. Ia melihat sesosok makhluk menyerupai manusia saat berada di Puncak Gunung Gede Pangrango tepatnya di Lembah Mandalawangi.

"Saya ingat sekali dia kayaknya pakai celana pendek, maksudnya bentuknya kayak orang aja, kayak manusia biasa. Makanya saya kira itu senior saya atau saya kira itu teman-teman saya, dia duduk nah pas saya buka mata. Dia cuma bilang gini “eh mau ngapain kamu di sini, jangan berisik ya, jangan ganggu,” cerita Amadea.

Saya seperti diajak bericara sama sesuatu tapi bentuknya kayak orang. "Lantas sosok orang itu tiba-tiba enggak ada dan orang itu berada di samping saya cukup lama,"

Senior saya padahal sudah bilang untuk tidak boleh berisik. Karena terlalu excited naik gunung, teman-temannya namanya juga anak baru dan baru naik gunung jadi begitu sampai puncak kami foto-foto mungkin teriak-teriak juga teman saya.

Tak hanya itu, salah satu teman Amadea pun mengami hal yang kurang menyenangkan juga mengalami hal. Secara tiba-tiba temannya menangis dan melihat seekor anjing dengan mata yang menyala.

“Teman saya melihat seekor anjing namun tapi matanya nyala," ujarnya.

Dan perjalanan ini justru lebih lama karena kami kehilangan arah. Karena ia merasa seperti diputar-putar saja.

"Jadi total kami jalan itu sekitar 8 jam perjalanan, jadi dua kalinya durasi kami naik gunung. Pengalaman mistis ini membuat waktu yang dibutuhkan untuk turun gunung menjadi lama, malah 2 atau 3 kali lipat lebih lama karena papan penunjuk arah enggak ada dan enggak kelihatan sama sekali padahal senior saya mungkin sudah bolak-balik gunung itu udah puluhan kali karena dia juga salah satu ranger di gunung itu," kenang Amadea.

Setelah itu, di pagi harinya sekitar jam 05.30 WIB, Amadea dan yang lain memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Aeh tapi beruntung, mereka akhirnya menemukan papan penunjuk.

"Padahal semalam plang tersebut enggak ada dan akhirnya kita memutuskan untuk turun, meskipun di perjalanan selalu diwarnai dengan penglihatan-penglihatan aneh atau suara-suara aneh yang bahkan bukan saya doang yang dengar," tutupnya.

close
==[ Klik disini 3X ] [ Close ]==